Pemuda kurus yang sedang berusaha sekuat tenaga untuk bisa gemuk.

Jumat, 26 Januari 2018

[REVIEW] DILAN 1990 (2018)

GenreDrama, Romance | Sutradara: Fajar Bustomi & Pidi Baiq | Penulis:Pidi Baiq, Titien Wattimena | Pemain: Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Yoriko Angeline, Brandon Salim, Refal Hady, Ira Wibowo | Sinemantografi: Dimas Imam Subhono | Tanggal rilis: 25 Januari 2018 | Durasi: 1 jam 48 menit.


Membuat film berdasarkan novel best seller adalah pekerjaan yang susah susah gampang. Sebuah novel mungkin akan jadi tambah bagus saat difilmkan. Sebagai contoh misalnya franchise The Hunger Game dan Harry Potter. Namun, tak selamanya film yang bersasarkan adaptasi novel selalu bagus, ada kalanya justru film tersebut malah sangat dibenci oleh penggemar novelnya.


Banyak faktor yang menyebabkan dibenci atau disukainya film adaptasi novel. Untuk kasus Dilan 1990, dari awal para pembaca material aslinya sudah mencak-mencak karena pemilihan pemeran filmnya. Iqbaal Ramadhan yang ditunjuk sebagai Dilan dinilai kurang garang dan tidak sesuai apa yang diimajinasikan para pembaca. Dalam novelnya, Dilan adalah seorang anak SMA yang nakal serta bandel, dia juga merangkap sebagai panglima tempur geng motor asli Bandung. Iqbaal yang memang mantan personil boy band cilik Coboy Junior dirasa tidak pas untuk memerankan sosok Dilan.


Keputusan sudah bulat. Bahkan dalam suatu wawancara, sang sutradara yang juga adalah penulis novelnya, Pidi Baiq mengungkapkan kalau Iqbaal sangat pas memerankan Dilan. Cukup lucu karena penulis dan pembaca punya gambaran yang berbeda soal Dilan. Tapi itulah perbedaan novel dan film. Jika pada novel pembaca bebas mengimajinasikan isinya, film justru sebaliknya. Film adalah hasil imajinasi filmmaker, penonton hanya ditunjukan hasil jadinya.


Dilan 1990 sendiri diceritakan dari sudut pandang Milea (Vanesha Prescilla). Milea adalah murid pindahan dari Jakarta yang sekarang bersekolah di Bandung. Disinilah kisah Dilan dan Milea bermula. Lewat sebuah percakapan saat sepulang sekolah, Dilan yang mengendarai motor Honda CB 100 itu berkenalan dengan Milea. Dilan yang tak malu-malu langsung meramalkan kalau suatu saat nanti Milea akan membonceng motornya. Romansa antara keduanya pun perlahan-lahan tumbuh.


Terlihat jelas kalau Dilan 1990 berusaha menjiplak persis isi novelnya. Dengan pendekatan flashback lewat Milea dewasa pada tahun 2014, Dilan 1990 tampak seperti bagian-bagian cerita pengalaman Milea bersama Dilan. Tak ada konflik dan penyelesaiannya di film ini. Ceritanya datar dan tidak mengarah kemana-mana. Karakter pendukung juga sebatas mengisi kekosongan. Pacar Milea yang di Jakarta, Beni (Brandon Salim) dan Ketua Kelas yang naksir Milea, Nandan (Debo Andryos) terkesan cuma numpang muncul dan pergi. Padahal mereka punya screen time yang lumayan banyak. Pun juga karakter Kang Adi, guru privat yang juga naksir pada Milea. Lebih parah, Refal Hady yang memerankan Kang Adi hanya diberi kesempatan tampil sangat minimal.


Iqbaal Ramadhan yang memerankan Dilan pun tak memberi bantuan pada filmnya. Memang dia tidak tampil jelek, hanya saja kurang maksimal. Dengan gaya bicara bahasa bakunya, juga dengan sesekali bahasa sunda, kekhawatiran para pembaca akhirnya kejadian. Iqbaal tampil standar, tidak nampak sisi lain Dilan sebagai panglima tempur geng motor. Beruntung chemistry-nya dengan Vanesha Priscilla terjalin cukup manis.


Aktris muda pendatang baru Vanesha Priscilla tampil cukup menyenangkan. Sebagai Milea, dia tampil baik saat disandingkan satu layar dengan Dilan. Mungkin satu-satunya hiburan di film ini juga saat mereka bersama. Gombalan maut Dilan sukses membuat seisi bioskop menjadi riuh. Banyak kata-kata yang bisa dijadikan bahan rayuan kepada pasangan ataupun gebetan. Penulis naskah film ini dengan cermat memasukan dialog yang bagus dari novelnya. Tapi sayangnya kata-kata tersebut juga terkesan dipaksakan masuk dalam adegan. Tidak diciptakannya situasi yang sesuai dan memungkinkan juga membuat beberapa rayuan tersebut terdengar berlebihan.


Dengan setting waktu tahun 1990 sayangnya tidak banyak hal-hal jadul yang ditunjukan di film ini. Selain mungkin telepon umum, tidak ada set atau dekorasi yang menunjang setting waktu tersebut. Feel tahun 1990 sangat tidak berasa, ini seperti menonton film di masa sekarang. Walaupun ada detail-detail kecil seperti kaos Jim Morrison, kaos Rolling Stone serta poster band-band jadul, hal tersebut sayangnya tidak cukup membantu.


PAMER TIKET NONTON SCORE: 2/5
★★☆☆☆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tags